Singkat
cerita, saya adalah penerima beasiswa Erasmus Mundus Undergraduate program di
Sciences Po Paris tahun 2011 kemarin selama satu semester. Pada awal mulanya,
saya bener-bener gak kebayang bisa berada di negeri yang terkenal dengan menara
Eiffel-nya itu. Gak pernah terlintas juga sebelumnya kalo saya bisa menginjakkan
kaki di benua Eropa itu. Bahkan, percaya gak percaya, satu minggu pertama di Paris,
saya merasa kalo itu semua masih mimpi loh. Hehehe.. Tapi yang jelas, saya yakin
kalo semua itu terjadi bukan berasal dari sebuah kerandoman, melainkan dari sebuah
mimpi.
"Pokoknya saya harus bisa dapetin scholarship to
study abroad sebelum lulus. Pasti BISA !”
Aussie Andry Venmarchnanto Muladno
Yap, dari
sebuah mimpi sederhana pada pertengahan tahun 2009 tersebutlah semua itu
berawal dan saya pun langsung menuliskan target tersebut di kertas A4 yang saya
tempel di pintu lemari kosan saya. Sehingga yang pertama kali saya liat ketika
bangun adalah tulisan: “GET THE
SCHOLARSHIP TO STUDY ABROAD!” yang
seakan selalu bisa ‘menggerakkan’ saya untuk tidak berdiam diri.
Perjuangan pun
dimulai !
Semenjak hari
itu saya selalu mencari segala informasi mengenai scholarship. Saya sampe beli buku-buku yang berkaitan dengan
scholarship di Gramed dan selalu berusaha untuk mengikutinya kesempatan
scholarship tanpa terkecuali. Yang ada dipikiran saya pada saat itu adalah: ”Kesempatan belum tentu bisa datang dua kali.
Gak ada salahnya untuk dicoba juga,
kan ? There’s no harming to do.” Kesempatan dapetin beasiswa dari AMINEF, AIESEC,
ISFIT, IELSP, ERASMUS, Total Summer School, Tohouku University, STEPs dan lain-lain saya coba semua di tahun 2010.
Hingga tahun 2010 bisa saya namakan sebagai Tahun “Applying for Scholarships”.
Tapi, hasilnya ?
Alhamdulillah,
kebanyakan ditolaknya euy..
Loh, kok
malah ‘Alhamdulillah’, Sie ? Iya, karena menurut saya mendapatkan kegagalan
adalah sesuatu yang harus disyukuri. Kegagalan itu bisa memberikan banyak
pelajaran. Kegagalan juga adalah bukan akhir dari perjuangan. Tetapi, kegagalan
itu adalah proses menuju kepada keberhasilan. Jadi, kalo pada saat itu masih
gagal, berarti itu masih dalam proses menuju keberhasilan. Keep being persistent !
Mental juga
sangat diuji di sini yakni di saat saya ditolak untuk pertama kalinya, kedua
kalinya, ketiga kalinya sampe akhirnya saya menjadi bersahabat dengan yang
namanaya ‘ditolak’. Itu bener-bener ujian bagi saya untuk tidak menyerah dan
menghiraukan perkataan-perkataan pesimis dan negative dari luar. Klimaksnya
adalah ketika saya sedang berada di titik jenuh dimana saya udah mulai merasa
kalo ini gak akan berhasil dan mempunyai niat untuk menyerah.
Hingga pada
saatnya datang..
Ketika pada
tahun ketiga (yang udah hampir memasuki akhir semseter), beasiswa dari Uni
Eropa, Erasmus Mundus Lotus Project, kembali dibuka ! Ada konflik batin
yang terjadi dalm diri saya. Ikut ? Enggak ? Ikut ?
Enggak ? Bimbang dibuatnya. Ada perasaan untuk tidak daftar lagi mengingat
udah tahun ke tiga dimana perkuliahan lagi padat-padatnya seperti ada Kuliah
Kerja Nyata, Kerja Praktek dan lain-lain. Tapi, ada juga perasaan untuk mencoba
apply sekali lagi, mengingat saya tau bagaiamana nyeselnya karena telah
menyia-nyiakan kesempatan. Dan, saya pun mencoba dengan berkata dalam
hati : ‘’Okey, ini yang
terakhir kali deh. Kalo saya ditolak juga, saya tidak akan apply-apply lagi
sampe lulus S1 nanti. Bismillah !’’
16 Mei 2011. Sent.
Sebulan
berlalu, hingga datang bulan Juni. Saat itu saya sedang disibukkan dengan
perkuliahan dan persiapan Kuliah Kerja Nyata. Gak ada di pikiran saya mengenai
bagaiamana hasil scholarship Erasmus Mundus yang saya kirim bulan-bulan lalu.
Sampai pada
suatu malem di Hari Jumat, tanggal 24 Juni 2011..
Saya mendapatkan
e-mail yang isinya berbeda dari sebelum-sebelumnya. Isinya tersebut berhasil
membuat saya terdiam beberapa detik:
Dear
Aussie Andry Venmarchnanto,
Thank you very
much for your application for a scholarship within the Erasmus Mundus Action 2
(EMA2) Lotus project. You were one of the 121 applicants. As the coordinating
institution, Ghent University is delighted with the interest so many students,
researchers and staff members have shown by taking part in this exceptional
mobility opportunity for South-East Asia.
The consortium
defined specific criteria for the assessment of the applications, in order to
assure an objective selection procedure based on academic merit, language
requirements, motivation and compatibility between requested and offered
programs, and to guarantee equal opportunities for all applicants. The decision
to grant a scholarship is based on the evaluation and ranking by the host
universities concerned.
It is with
great pleasure that we can inform you that you have been granted a scholarship
for a(n) exchange BA - 6 months mobility period at Sciences Po.
Hening..
Saya baca
berulang-ulang, saya cermati lagi, saya juga tanya teman akan maksud dan tujuan
dari isi e-mail tersebut, sampe akhirnya
saya mengerti dan percaya kalo isinya menyatakan saya berhak mendapatkan Scholarship ke Paris
salama 1 semester!
Asli ! Pada saat
itu saya gak tau harus ngomong apa selain mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada-Nya atas kekuatan
yang telah diberikan. Saya langsung flashback
di waktu ketika saya mendapatkan kegagalan-kegagalan. Di saat saya mau
memtuskan untu menyerah. Mungkin ini tidak akan terjadi kalo pada
saat itu saya memutuskan untuk menyerah. Mungkin ini tidak bakal didapat kalo mental
saya sudah ambruk di titik jenuh. Bener-bener Ada-Pelangi-Setelah-Badai-Berlalu Moment banget deh pada waktu itu.
Setelah
mengikuti proses keberangkatan, bikin visa, kelengkapan dokumen, pencarian
housing dan sebagainya, akhirnya pada tanggal 28 Agustus 2011 saya terbang ke
Eropa sebagai mahasiswa pertukaran pelajar dengan beasiswa dari Uni Eropa dalam
Erasmus Mundus Undergraduate Program
di Sciences Po, Paris-France selama 1
Semester.
Pada akhirnya
saya semakin yakin bahwa semua intinya berawal dari apa yang kita pikirkan
karena itu dapat menimbulkan satu kekuatan besar yang dapat mendorong kita melakukan
segala hal untuk menjadi seperti yang kita pikirkan.
“We are what we think. With our thoughts we make our world.”
Hal lain yang
bisa saya yakini di sini juga adalah keberanian untuk mau bermimpi besar dan
kemauan untuk mewujudkannya.
Dare to dream big is not enough. You have to dare to make your dream come true.
Mengapa
? Karena kalau kata Nidji, mimpi adalah
kunci untuk kita menaklukkan dunia. Hehehe.
***