Pages

Friday, October 12, 2012

Kalo Kata Nidji

Aussie Andry Venmarchnanto Muladno, 2012

Singkat cerita, saya adalah penerima beasiswa Erasmus Mundus Undergraduate program di Sciences Po Paris tahun 2011 kemarin selama satu semester. Pada awal mulanya, saya bener-bener gak kebayang bisa berada di negeri yang terkenal dengan menara Eiffel-nya itu. Gak pernah terlintas juga sebelumnya kalo saya bisa menginjakkan kaki di benua Eropa itu. Bahkan, percaya gak percaya, satu minggu pertama di Paris, saya merasa kalo itu semua masih mimpi loh. Hehehe.. Tapi yang jelas, saya yakin kalo semua itu terjadi bukan berasal dari sebuah kerandoman, melainkan dari sebuah mimpi.

"Pokoknya saya harus bisa dapetin scholarship to study abroad sebelum lulus. Pasti BISA !” 

Aussie Andry Venmarchnanto Muladno
Yap, dari sebuah mimpi sederhana pada pertengahan tahun 2009 tersebutlah semua itu berawal dan saya pun langsung menuliskan target tersebut di kertas A4 yang saya tempel di pintu lemari kosan saya. Sehingga yang pertama kali saya liat ketika bangun adalah tulisan: “GET THE SCHOLARSHIP TO STUDY ABROAD!”  yang seakan selalu bisa ‘menggerakkan’ saya untuk tidak berdiam diri.

Perjuangan pun dimulai !

Semenjak hari itu saya selalu mencari segala informasi mengenai scholarship. Saya sampe beli buku-buku yang berkaitan dengan scholarship di Gramed dan selalu berusaha untuk mengikutinya kesempatan scholarship tanpa terkecuali. Yang ada dipikiran saya pada saat itu adalah: ”Kesempatan belum tentu bisa datang dua kali. Gak ada salahnya untuk dicoba juga, kan ? There’s no harming to do.”  Kesempatan dapetin beasiswa dari AMINEF, AIESEC, ISFIT, IELSP, ERASMUS, Total Summer School, Tohouku University, STEPs  dan lain-lain saya coba semua di tahun 2010. Hingga tahun 2010 bisa saya namakan sebagai Tahun “Applying for Scholarships”. Tapi, hasilnya ? 

Alhamdulillah, kebanyakan ditolaknya euy.

Loh, kok malah ‘Alhamdulillah’, Sie ?  Iya, karena menurut saya mendapatkan kegagalan adalah sesuatu yang harus disyukuri. Kegagalan itu bisa memberikan banyak pelajaran. Kegagalan juga adalah bukan akhir dari perjuangan. Tetapi, kegagalan itu adalah proses menuju kepada keberhasilan. Jadi, kalo pada saat itu masih gagal, berarti itu masih dalam proses menuju keberhasilan. Keep being persistent !
Mental juga sangat diuji di sini yakni di saat saya ditolak untuk pertama kalinya, kedua kalinya, ketiga kalinya sampe akhirnya saya menjadi bersahabat dengan yang namanaya ‘ditolak’. Itu bener-bener ujian bagi saya untuk tidak menyerah dan menghiraukan perkataan-perkataan pesimis dan negative dari luar. Klimaksnya adalah ketika saya sedang berada di titik jenuh dimana saya udah mulai merasa kalo ini gak akan berhasil dan mempunyai niat untuk menyerah. 

Hingga pada saatnya datang..

Ketika pada tahun ketiga (yang udah hampir memasuki akhir semseter), beasiswa dari Uni Eropa, Erasmus Mundus Lotus Project, kembali dibuka ! Ada konflik batin yang terjadi dalm diri saya. Ikut ? Enggak ? Ikut ? Enggak ? Bimbang dibuatnya. Ada perasaan untuk tidak daftar lagi mengingat udah tahun ke tiga dimana perkuliahan lagi padat-padatnya seperti ada Kuliah Kerja Nyata, Kerja Praktek dan lain-lain. Tapi, ada juga perasaan untuk mencoba apply sekali lagi, mengingat saya tau bagaiamana nyeselnya karena telah menyia-nyiakan kesempatan. Dan, saya pun mencoba dengan berkata dalam hati : ‘’Okey, ini yang terakhir kali deh. Kalo saya ditolak juga, saya tidak akan apply-apply lagi sampe lulus S1 nanti. Bismillah !’’

16 Mei 2011. Sent.

Sebulan berlalu, hingga datang bulan Juni. Saat itu saya sedang disibukkan dengan perkuliahan dan persiapan Kuliah Kerja Nyata. Gak ada di pikiran saya mengenai bagaiamana hasil scholarship Erasmus Mundus yang saya kirim bulan-bulan lalu.
Sampai pada suatu malem di Hari Jumat, tanggal 24 Juni 2011..
Saya mendapatkan e-mail yang isinya berbeda dari sebelum-sebelumnya. Isinya tersebut berhasil membuat saya terdiam beberapa detik:

Dear Aussie Andry Venmarchnanto,

Thank you very much for your application for a scholarship within the Erasmus Mundus Action 2 (EMA2) Lotus project. You were one of the 121 applicants. As the coordinating institution, Ghent University is delighted with the interest so many students, researchers and staff members have shown by taking part in this exceptional mobility opportunity for South-East Asia.

The consortium defined specific criteria for the assessment of the applications, in order to assure an objective selection procedure based on academic merit, language requirements, motivation and compatibility between requested and offered programs, and to guarantee equal opportunities for all applicants. The decision to grant a scholarship is based on the evaluation and ranking by the host universities concerned.

It is with great pleasure that we can inform you that you have been granted a scholarship for a(n) exchange BA - 6 months mobility period at Sciences Po.

Hening..

Saya baca berulang-ulang, saya cermati lagi, saya juga tanya teman akan maksud dan tujuan dari  isi e-mail tersebut, sampe akhirnya saya mengerti dan percaya kalo isinya menyatakan  saya berhak mendapatkan Scholarship ke Paris salama 1 semester! 

Asli ! Pada saat itu saya gak tau harus ngomong apa selain mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada-Nya atas kekuatan yang telah diberikan. Saya langsung flashback di waktu ketika saya mendapatkan kegagalan-kegagalan. Di saat saya mau memtuskan untu menyerah.  Mungkin ini tidak akan terjadi kalo pada saat itu saya memutuskan untuk menyerah. Mungkin ini tidak bakal didapat kalo mental saya sudah ambruk di titik jenuh.  Bener-bener Ada-Pelangi-Setelah-Badai-Berlalu Moment banget deh pada waktu itu.

Setelah mengikuti proses keberangkatan, bikin visa, kelengkapan dokumen, pencarian housing dan sebagainya, akhirnya pada tanggal 28 Agustus 2011 saya terbang ke Eropa sebagai mahasiswa pertukaran pelajar dengan beasiswa dari Uni Eropa dalam Erasmus Mundus Undergraduate Program di Sciences Po, Paris-France  selama 1 Semester.

Pada akhirnya saya semakin yakin bahwa semua intinya berawal dari apa yang kita pikirkan karena itu dapat menimbulkan satu kekuatan besar yang dapat mendorong kita melakukan segala hal untuk menjadi seperti yang kita pikirkan. 
We are what we think. With our thoughts we make our world.”
Hal lain yang bisa saya yakini di sini juga adalah keberanian untuk mau bermimpi besar dan kemauan untuk mewujudkannya.  
Dare to dream big is not enough. You have to dare to make your dream come true.
 Mengapa ? Karena kalau kata Nidji, mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Hehehe.

***

Tuesday, August 28, 2012

Paris the beginning: Le Rêve

Andika Rinaldo Asry, end of summer 2011.

HORE GW KE LUAR NEGERI AKHIRNYA.


Norak memang kalimat awalnya, tapi itu lah yang ada di otak waktu sekitar minggu ketiga di bulan April 2011 sekitar beberapa menit sebelum masuk waktu solat subuh. Sebuah e-mail yang udah ditunggu hampir dua minggu terakhir akhirnya masuk juga ke push mail di BB. Ngarep, tapi ya ngga ngoyo kalo kata orang Jawa. Tapi ternyata harapan itu kali ini sesuai dengan ekspektasi tertinggi. Kalimat yang diawali dengan basa-basi a la suatu institusi penyedia beasiswa pun sudah tidak lazim lagi buat gw. Tapi kali ini di bagian kalimat yang dicetak tebal beda, ada kata congratulations nya! Yak, gw keterima beasiswa penuh pertukaran mahasiswa ke Paris untuk satu semester dari Erasmus Mundus (akhirnya). Entah tujuh atau delapan aplikasi serupa ke berbagai institusi sudah gw ajukan dalam dua tahun terakhir, dan selalu ada kata-kata unfortunately atau sorry udah kaya kartu lebaran aja masuk ke e-mail gw. Dua minggu setelah pagi itu pun gw dapat surat serupa, satu institusi tapi beda program, surat penerimaan beasiswa serupa ke Barcelona, tapi untuk dua semester. Lucu rasanya apa yang gw dapetin waktu itu, dulu gw tidak diinginkan mereka, sekarang mereka kepincut ke gw hehhee. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya gw putusin pilih program yang di Paris, dan terpaksa lepas rezeki ke Barcelona itu. Then the journey began!


29 Agustus 2011 gw dianterin sama sahabat-sahabat SMA dan keluarga di Bandara Soekarno-Hatta. Entah kenapa bulan Agustus di tahun itu jadi salah satu bulan paling emosional buat gw. Sekitar dua minggu sebelumnya, teman-teman super baik gw pun melepas kepergian gw dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Berasa film Armageddon aja. Seumur-umur gw selalu membayangkan gimana rasanya pergi ke negara orang. Beda kebudayaan, bahasa, tradisi, dan semuamuanya. Dari kecil gw selalu tertarik sama geografi negara-negara Dunia. Bokap pun ngga mau biayain gw ke luar Indonesia, dia suruh cari sendiri gimana caranya bisa ke negara orang. Sekitar jam setengah satu pagi di hari itu akhirnya gw masuk ke pesawat Emirates, perjalanan sekitar 6 jam ke Dubai gw tempuh. Gw udah diwanti-wanti sama bokap yang udah beberapa kali ke bandara Dubai bahwa di sana itu gedenya gede banget bandaranya, jadi setelah clearance checking di sana, langsung cek dulu counter check-in penerbangan gw. Dan bener bandara Dubai besar dan bagus banget! Capek juga jalan ke counter penerbangannya karena di ujung banget letaknya. Gw transit selama 3 jam di sana. Ketika boarding gate dibuka dan satu persatu penumpang dipanggil, gw udah stand by di ruang tunggu. Sempat hampir ga naik pesawat, karena tinggal gw sendiri di ruang tunggu. Dengan agak panik gw tanya ke petugas, kenapa gw belom dipanggil juga, padahal kan penumpang kelas ekonomi harusnya dipanggil terakhir,tapi seat bagian gw ga dipanggil juga. Ternyata gw harusnya duduk di kelas bisnis dong, bokap diem-diem transfer skywards dia ke tiket gw, dan jadilah gw berasa jadi raja selama 6 jam di pesawat hhe.


Sekitar jam setengah satu siang waktu Paris akhirnya gw tiba di Bandara Charles de Gaulle. Setelah ambil bagasi dan ke imigrasi, gw langsung keluar menemui mas Rahmat yang ngejemput gw sekaligus menyediakan kamar di apartemen dia selama gw kuliah di Paris. Bandara Paris biasa aja ternyata. Hari itu cukup cerah walaupun suhunya masih agak dingin buat gw. Kami naik kereta RER-B, semacam KRL jarak jauh yang melayani rute Paris dan daerah pendukung sekitar Paris atau Jabodetabek lah kira-kira. Hari itu kebetulan hari terakhir puasa, tapi berhubung gw musafir, jadi bolong deh. Berarti malam itu harusnya takbiran, dan untuk pertama kalinya gw ga bisa denger suara takbiran sama sekali dari dalam kamar. Apartemen gw di sana itungannya agak jauh, karena gw dapetnya di banlieu sekitar 12 KM dari pusat kota Paris.



Hore Lebaran! Keesokan paginya gw dan mas Rahmat berangkat ke KBRI Paris untuk solat ied. Agak aneh rasanya ngga nyium aroma khas ketupat ketan, sambel ati balado, opor ayam, rendang, sama sayur buncis buatan nyokap. Si Aussie udah sampe di Paris beberapa jam lebih dulu dari gw, dan dia juga tinggal di apartemen yang berbeda sama gw, jadi kita belom ketemu sama sekali. Mas Rahmat ngebawa gw ke Eiffel dulu sebelum akhirnya kita ke KBRI. Kebetulan KBRI negara kita di Paris itungannya berlokasi di daerah elit, cuma 5-7 menit jalan kaki dari menara Eiffel, dan memang kawasan mahal. Untuk first-timer, gw disarankan untuk turun di stasiun metro Trocadéro; yang bisa dicapai dengan metro ligne 6 atau 9; alih-alih di stasiun metro Bir-Hakeim untuk mencapai Eiffel. Keluar dari stasiun metro pun gw masih belum melihat si 'menara-mirip-sutet' yang terkenal itu, dan gw dikasi tahu bahwa gw bakal surprised kalau datang dari arah stasiun metro itu, karena ngga keliatan sama sekali, padahal harusnya Eiffel itu keliatan dari mana pun karena ngga ada gedung pencakar langit di sekitarnya, yang merupakan kebijakan pemerintah setempat untuk menjaga keeksisan dari si menara. Sampai akhirnya setelah ngelewatin gedung museum yang agak besar di dekat sortie dari metro, gw dikasih hadiah lebaran di pagi itu yang harusnya udah terang kalau di Indonesia, tapi ini masih baru nongol mataharinya. Alhamdulillah


Foto perdana yang backgroundnya Menara Eiffel hhe

Setelah solat ied di bawah tanah dari gedung KBRI Paris, gw mulai lah berkenalan sama orang-orang Indonesia lainnya di sana. Setelah selesai solat ied, gw dan teman-teman berpencar. Gw, Aussie, Lucky, dan beberapa anak UGM yang kebetulan ketemu di sana dan baru saja memulai kuliah program Masternya, mampir ke Eiffel lagi, dan rencana awalnya main ke apartemen Aussie sebelum akhirnya mampir ke kampus kami selama di Paris:  Institut d'études politiques de Paris atau populernya disebut Sciences Po Paris. Sorenya kami mendapat undangan open house dari pak Dubes di rumahnya. Gw, Aussie, dan Lucky dengan (sok) pedenya bilang ke anak Indonesia lainnya kalau kami akan menyusul dan ketemu di sana aja langsung. Dengan modal navigo carte dan peta mini yang gw ambil kemarin sore di stasiun metro, kami pergi ke sana. Gw masih beradaptasi dengan sistem per-metro-an di Paris; yang sampai sekarang akhirnya gw kagum sama sistem integrasinya!; begitu pun Aussie dan Lucky. Turun lah kami di Porte Maillot dengan menggunakan metro ligne 1. Dari situ, biasa lah fase turis kan nih masih hari-hari pertama nyampe, langsung amazed liat sekitar (padahal ngga ada objek yang terlalu menarik), foto beberapa kali, dan akhirnya baru lah sadar kita ngga tau harus ke mana lagi. Kartu telepon lokal belum ada yang punya, apalagi mau cek GPS dari handphone. Bahasa Prancis juga pas SMA kena remediasi terus, les intensif pun cuma sebulan sebelum berangkat. Mati lah nyasar sampai sekitar 5 kali! Nanya sekitar juga ngga ada yang bisa bahasa Inggris. "Vous parler anglais?" itu aja modal kami selama nyasar yang artinya "Anda bisa berbahasa Inggris?", yang ada malah dijawab pake bahasa Prancis juga. Sampe sempat gw sengaja mendatangi pasangan suami istri muslim di jalan, terus sok-sok'an bilang assalamualaikum dulu dan nyapa "Bonjour madame et monsieur!" setelahnya, dan mereka tetap aja ternyata ngga bisa bahasa Inggris dan ngga tahu alamat yang kami maksud. Mungkin sekitar 45 menit kami nyasar, sampai akhirnya ketemu orang yang kami sepakat adalah malaikat. Seorang bapak paruh baya umur awal 60-an gw rasa, yang kami temui di salah satu jalan sepi waktu nyasar. Dia berbahasa Inggris sangat lancar dan rasanya kami bahagia banget setelah ngga ada satu orang pun yang emang entah ngga bisa atau malas berbahasa Inggris.
 Si bapak ini familiar dengan alamat yang kami tuju, dia menunjukkan setiap detailnya dengan rinci. Kami pun bergegas menuju jalan yang dimaksud. Sesuai dengan yang dia bilang patokannya, dan sampai akhirnya...nyasar lagi. Sempat terpikir untuk pulang aja lah langsung, karena udah mentah banget lebarannya gara-gara nyasar, tapi mau balik juga bingung karena ini udah bukan zona 1 Paris lagi, dan stasiun metro terdekat itu cukup jauh, harus naik bus dulu, tapi belum ngerti rute waktu itu sama sekali. Di salah satu perempatan, si Bapak itu muncul lagi. Dia kebingungan kok kami bisa nyasar lagi, kebetulan jalan nyasar itu searah sama rumah si Bapak. Dia pun nunjukkin jalan lagi, kali ini jauh lebih detail. Dari situ mulai terkikis stereotype orang Prancis yang selama ini nempel di kepala sebagai bangsa yang cuek, sombong, dan ngga ramah. Si Bapak cerita dia pernah main ke Indonesia waktu akhir tahun 80an, sambil bercerita pun kami dianterin jalan ke jalan yang udah tinggal lurus doang ke rumah dinas Dubes. Gw lupa siapa nama dia, tapi kami sempat foto bareng karena dia lah akhirnya kami bisa ketemu rendang dan komplotannya hhe.
 Open house Idul Fitri di rumah Pak Dubes


Untuk posting pertama tentang Paris segini aja dulu deh. Nanti gw lanjut lagi yang temanya tentang keunikan Kota Paris yang mungkin kurang banyak diekspos.


Friday, August 3, 2012

안녕하세요.... (annyeonghaseyo)

Annisa Uswatun Khasanah, 4 Agustus 2012



Mungkin, bermimpi itu perkara mudah. Namun, menjaga mimpi, itu perkara lain.  Sebuah quote dari Paulo Coelho yang mengispirasi banyak orang, termasuk saya.. “And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” Bagi sebagian orang, mungkin, It’s just a word, tapi untuk sebagian yang lain, itu mantra. Dan.. mungkin disinilah letak perbedaannya, di mana sebagian orang mampu mencoret 1 per 1 mimpi mereka, dan yang lain, diam di tempat. Yak, dan saya memilih mencoba untuk menjadi orang yang pertama.. 

Tidak cukup satu, dua kali mencoba untuk sampai di sini.. empat, lima, enam, lebih.. Sabar saja tidak cukup, harus sangat sangat sabar.. Gagal, itu teman terdekat bermimpi. Jadi, bagi yang mengaku pemimpi harus siap dan akrab dengan yang namanya gagal. “There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure.” (Paulo Coelho). Bermimpilah, jaga, dan percayalah waktu mu akan datang... Trust me, it works, I proved it!!!! And here I am.... KOREA!!!!



Korea.. banyak orang memimpikan untuk berkunjung ke negara ini. Dan, syukur alhamdullilah saya salah satu orang yang beruntung terpilih sebagai peserta “Chungnam National University International Summer School  2012”. 3 minggu, mungkin waktu yang cukup singkat untuk mempelajari budaya, bahasa, hangul (alfabet korea), dan kehidupan orang Korea. Namun, itu waktu yang sangat cukup untuk melihat dan menyadari betapa sejahteranya Korea. Well, tidak diragukan kenapa Korea disebut sebagai salah satu negara macan Asia. Untuk kita orang Indonesia, termasuk saya, mungkin yang pertama kali muncul dalam pikiran ketika menyebut Korea adalah K-pop. Dan, Korea bukan sekedar K-pop: Suju, SNSD, drama korea, it’s just small part.. Mari kita bahas satu-satu... Check this out!!!

a.      Bahasa
Seiring dengan perkembangan K-pop di seluruh dunia, saat ini bahasa Korea mulai banyak dipelajari. Bagi seseorang yang suka belajar bahasa, bahasa Korea adalah bahasa yang menarik untuk dipelajari dan cukup menantang. Saya sarankan untuk balajar Hangul terlebih dahulu.. setelah bisa membaca hurufnya akan lebih mudah mempelajari yang lain, karena jujur, bahasa Korea agak sulit diucapkan dan ditulis dalam tulisan latin. Bagi yang ingin berkunjung ke Korea tapi belum bisa bahasa Korea sangat disarankan untuk membawa buku atau semacam catatan percakapan umum bahasa Korea. Orang Korea jarang yang bisa berbahasa Inggris fasih. Saya sering kesulitan untuk berkomunikasi di sini, bahkan di universitas. So, get well prepared.. 


b.      Makanan
Mungkin, bagi orang Indonesia makanan Korea kurang begitu bersahabat dengan lidah.. Kimchi, adalah makana khas Korea. Kimchi itu semacam sayuran fermentasi yang rasanya sangat asam, tapi sangat bagus untuk kesehatan. Katanya, bisa mencegah kanker. Tapi, hati-hati ketika pertama kali mencoba, saya sarankan cukup ambil sedikit. Kimchi semacam makanan pendamping dan bisa ditemukan kapanpun setiap waktu makan.. Makanan yang lain yang lain seperti bibimbap, bulgogi, dan lain-lain harus hati-hati sebelum mencoba. Bagi yang muslim pastikan tidak ada babinya.. dweji gogi isoyo? (apa ada daging babinya?) salah satu kalimat tanya yang bisa digunakan.. Selama disini, saya tidak terlalu kesulitan dalam hal makanan. Orang Korea itu rata-rata sangat baik, pernah beberapa kali ketika saya benar-benar tidak bisa makana makanan yang ada di kafetaria, seorang Ajma (bibi) yang baik hati membawakan nasi putih dan ikan ke meja saya, karena beliau tau saya tidak makan babi. Dan itu tidak hanya sekali.. 

Di Korea budaya makan-makan seperti yang kita sering lihat di drama Korea memang ada. Ada sangat banyak tempat makan di seluruh penjuru kota, dan yang mengherankan adalah semua ramai. Saya sarankan untuk tidak sembarangan masuk ke tempat makan itu. Saya sarankan sebelum memilih tempat makan tannyalah pada orang yang sudah mengenal tempat itu atau minimal yang bisa membaca hangul.. karena semua menu akan tertulis dalam Hangul dan pelayan tidak bisa menerangkan menu dalam bahasa Inggris... Jadi, intinya, hati-hati... 


To be continued...


Mallorca, the Missing Spanish Island

Estria Asi Putri, Mallorca, Spain - end of June 2012
          ______________________


Well, trip ke pulau Mallorca ini berawal dari kegalauan gw yang bentar lagi bakal meninggalkan negara Spanyol tercinta ini, ditambah lagi gw sadar kalau gw belom explore negara ini sejauh Catalunya yang semua kotanya udah gw babat abis plus Madrid. Demi melancarkan niat trip terakhir gw di Eropa ini, gw mulai melancarkan jurus colak colek ngajak trip ke temen-temen sekitar gw. Akhirnya salah satu temen gw setuju mau nge-trip bareng gw. Cewek ini namanya Xristina, orang Cyprus. Gw sendiri udah kenal dia sejak bulan-bulan awal gw tinggal di Barcelona, dan akhirnya kami temenan sampe dua semester ini.

Resiko pergi nge-trip sama bule di saat summer adalah pasti harus ke pantai. Gw yang udah berkulit coklat item manis meskipun tanpa matahari akhirnya harus ngikut juga. Lagian juga gw ini lebih ke anak pantai dari pada gunung. Buat gw liat hamparan laut luas di depan gw tanpa adanya titik mati itu memberi kepuasan tersendiri buat mata dan pikiran gw, semua jadi terasa luas, pikiran, pandangan dan hati. Ditambah lagi kalau ada sunset, Dios! Akhirnya kami berdua setuju untuk memilih Mallorca jadi destinasi awal trip kami.

Mallorca ini adalah salah satu kota dari gugusan Balearic Island di Spanyol. Pusat kota dari pulau ini namanya Palma de Mallorca, jaraknya cukup dekat dari Barcelona, cuma butuh kurang dari 30 menit di udara dan kami sudah sampai disana. First impression? Rame turis! Wajarlah ini summer, semua orang pasti bakal tergila-gila sama matahari. Begitu sampe langsunglah  kami  cus ke hostel yang udah kami booking sebelumnya. Letak hostel ini bukan di pusat kota, sekitar 45 menit- 1 jam dari pusat kota. Awalnya  kami  sempet kecewa gara-gara kok lokasinya jauh dari pusat kota tapi ternyata justru di pusat kota itu gak begitu nge-hits. Ya cuma kota, banyak toko-toko baju dan lain sebagainya, apalagi di kota ini juga gak banyak monumen-monumen atau museum-museum sejarah yang bisa dikunjungi plus yang paling penting adalah gak ada pantai tjoy! Ada sih tapi sebelahan sama port yang pastinya bakal gak seindah pantai yang lain. Hostel  kami  letaknya deket banget sama pantai, hanya butuh jalan 5 menit  kami sudah bisa lihat pantai, plus 5-10 menit lah buat cari-cari tempat yang enak buat duduk-duduk.

Hari pertama sampe  kami  putuskan buat liat-liat pusat kota.  kami  naek bus dengan biaya 1 euro sekali jalan seorangnya. Waktu 45 menit di dalam bis  kami  habiskan dengan liat-liat jalanan sekitar sambil ngecim-ngecim tempat-tempat makan dan bar yang kira-kira asik buat di datengin. Disinilah awal kecurigaan saya dan Xristina bermula deng deng. Sebenarnya pulau ini masih termasuk bagian dari Catalunya, tapi anehnya gak ada satupun bendera catalunya yang  kami temui selama ini. Bukannya menemukan bendera Catalunya, malah bendera Jerman seliweran dimana-mana selain bendera Spanyol pastinya. Ditambah banyak lagi bahasa Jerman dimana-mana. Papan pengumuman, reklame, selebran, orang-orang ngomong. Aneh, gw di Spanyol apa di Jerman nih tjoy?!
Sampai di kota,  kami jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat yang di rate recomended oleh berbagai referensi. Salah satunya adalah Cathedral Palma de Mallorca.  Katedral ini disebutkan adalah katedral terbesar ketiga di seluruh Spanyol. Setelah liat-liat katedral,  kami jalan sedikit ke sebelah katedral dan voila terlihatlah Parc de Mar yang keliatan indah banget dari atas. 



Sehabis itu  kami  jalan-jalan di pusat perbelanjaannya. Toko-tokonya gak jauh beda sih dari Barcelona. Gw nemenin Xristina muter-muter nyari-nyari referensi buat piercing. Dan harganya relatif murah, untuk bikin piercing di hidung, bibir atau pelipis itu sekitar 15 euro dari harga normalnya 30 euro di Barca. Tapi ya gak tau valid apa engga. Setelah capek muter-muter di kota, it’s time for beach!! Sebelum ke pantai  kami balik dulu ke hostel buat ngambil handuk, payung pantai, sunblock sambil naruh barang-barang berharga yang sekiranya gak kepake, kaya dompet dan handphone. Kemudian kita jalan hahahihi ke pantai.

I love it. Love it! Pohon palem berjejer dimana-mana. Laut Mediterania yang hampir tanpa ombak yang berarti ini memang menggoda hasrat untuk menceburkan diri ke dalamnya. Gradasi warna dari biru terang ke gelap yang begitu nyata kalau dilihat dari tepi pantai. Hmmm. Handuk telah digelar, payung telah dipasang, kacamata siap di mata, sunblock sudah di seluruh badan. Jujur sebelumnya gw kadang mikir tuh bule-bule rada freak ama matahari, ngapain coba mapar diri dibawah matahari  berjam-jam gak jelas gitu? Tapi setelah ngerasain, ternyata enak tjoy! Tidur di pantai sambil ngerasain angin sepoi-sepoi dan sinar matahari yang hangat. Beuuh! Tapi yang paling asik buat gw gak lain dan gak bukan adalah renang di laut. Laut Mediterania ini bener-bener berasa kaya gigantic swimming pool buat gw. Selain ombaknya yang hampir gak ada, juga pantainya itu tidak langsung menjorok dalam. Untuk sampe kedalaman minimal yang gw udah gak bisa napak, itu mungkin udah jauh pake banget ke tengah laut. Jadi jarang banget orang bisa tenggelam disini. Udah gitu bersih banget. And again, I LOVE BEACH!!




Momen pantai ini selain gw habiskan dengan berenang, sunbathing, tidur dan ngeceng (tetep) juga dengan ngobrol-ngobrol sama si Xristina. Doi banyak cerita tentang Cyprus, negaranya, salah satu negara kecil yang mungkin orang jarang tahu. Kalau menurut penilaian gw atas cerita dia mungkin Cyprus adalah salah satu negara yang masih religius dibanding negara-negara Eropa lainnya. Mungkin karena letaknya yang deket sama Asia jadi masih ada percampuran kulturnya. Agama di sana cuma satu, Kristen Ortodoks. Dia bilang "In other European countries, you might feel proud if people said you are not a virgin but in Cyprus you will feel ashamed". Faktanya pembicaraan mengenai sex yang sangat gamblang di negara Eropa lain tidak terjadi di Cyprus, mereka kadang masih menggangap ini tabu.
Di pantai pernah suatu kali gw lagi tidur dengan muka gw ditutupin topi biar gak kebakar. Si Xristina lagi asik dengerin iPod di sebelah gw saat ada mas-mas bule nyamperin kita ngasihin flayer sambil promosi salah satu club deket situ. Tertarik pengen dengerin gw bangun dan ngelepas topi dari muka gw. Mas bule dengan wajah terkejut mandangin gw melolot sambil bilang "Oh my God, u're so beautiful, I meet a princess today" ... and he kissed my hand. Anjir rontok lah gigi gw. Dan ini kejadian nyata sodara-sodara. Yah gak menutup kemungkinan itu cuma trik dia sih hehe. Tapi di sini setelah gw perhatiin jarang banget orang Asia. Orang Jepang, Cina dan Korea Selatan yang biasanya seliweran di kota-kota turistik di Eropa gak keliatan di sini. Jadilah mungkin gw keliatan paling eksotis disini. Ditambah lagi dengan rok panjang batik yang gw pake saat itu, gw jadi cukup jadi perhatian di jalan. Sampe-sampe si Xritina ngotot pengen ngefoto gw pake outfit itu.

Setelah leha-leha menghitamkan diri di pantai, kita balik lagi ke hostel buat mandi dan istirahat buat acara malem ini yang gak lain dan gak bukan adalah pertandingan Euro: Jerman lawan Yunani. Salah satu pertandingan yang sangat penting buat si Xristina berhubung hubungan Yunani dan Cyprus yang udah kaya sodara. Gawatnya adalah mungkin kita cuma satu-satunya pendukung Yunani di kota ini. Secara bendera Jerman aja dimana-mana. Kecurigaan awal gw bertambah kuat ketika gw masuk bar sama si Xristina buat nonton pertandingan.  Bar woman-nya menyambut  kami dengan bahasa aneh yang ternyata adalah bahasa Jerman. Kontanlah gw jawab pake bahasa Spanish “no hablo aleman” ( I don't speak German). Eh si doi malah jawab pake bahasa Inggris “Ah Sorry, what do u want?” Lah iki piye, gw makin gak berasa di Spanyol. Akhirnya malam berakhir dengan kemenangan Jerman atas Yunani dan kekesalan Xristina atas orang-orang Jerman di sana. Secara mayoritas turis disana adalah orang Jerman jadi seluruh jalan penuh sama jersey putihnya Jerman plus orang Jerman yang pada mabok sambil teriak-teriak gak jelas buat ngerayain kemenangannya. Yang rada ngeselin adalah kita sempet liat para Jerman itu sampe ngerobek jersey Yunani gitu. Jelaslah si Xristina manyun.
















                                                       Xristina and me :)






23 Juni 2012
Hari ini adalah salah satu hari bersejarah untuk warga Spanyol. Kenapa? Satu, karena hari ini adalah pertandingan Euro Spanyol - Perancis. Kedua, hari ini adalah hari fiesta Sant Juan! Fiesta Sant Juan sendiri adalah perayaan untuk merayakan malam terpendek dalam setahun karena itu pertanda musim panas secara resmi telah datang.
Akhirnya agenda hari ini terpusat pada kedua event itu selain sunbathing di pantai pastinya. Setelah browsing dan tanya sana sini, kita tahu kalau pusat fiesta bakal diadain di Parc de Mar di pusat kota. Akhirnya kami putuskan untuk nonton pertandingan Euro sebelumnya di pusat kota. Sampai kota kami bingung mau nonton di mana. Gak banyak bar yang kami temukan sepanjang jalan, beda banget sama daerah tempat kami tinggal. Akhirnya kami memutuskan salah satu cara paling tradisional: follow the crowd. Awalnya kami gak menemukan keramaian apapun, malah relatif sepi, sampai kami tiba di jalan yang namanya La Rambla kami mulai lihat banyak orang ke arah sana plus juga kami denger suara-suara speaker. Akhirnya kami ikutin mereka dan ada big screen dan orang-orang berbaju merah disana, La Furia Roja!! Kami menonton pertandingan penuh di sana sampai berakhir dengan kemenangan Spanyol atas Perancis. Umbul-umbul bendera Spanyol dinaikkan, drum ditabuh, pinggul-pinggul mulai bergoyang, party dimulai! Orang Spanyol emang jagonya deh kalau urusan beginian hehe.

Setelah pertandingan kami langsung pergi ke Parc de Mar di mana puncak Fiesta Sant Juan berlangsung. Puncak Fiesta ini ditandai dengan acara fireworks. Tapi sodara-sodara ini bukan fireworks biasa. Kita bakal diajak untuk menari di bawah kembang api. Makanya himbauan sebelum ikut acara ini adalah untuk memakai baju tertutup plus topi untuk melindungi rambut. Berhubung gw sama Xristina rock and roll abis, kami cuma pake celana pendekan plus kaos biasa (padahal mah lupa) tapi tetep joget-joget di bawah kembang api sambil ngrenyit-renyit sakit kena percikan api haha


                                   Cathedral Palma de Mallorca dari Parc de Mar di malam hari




                                                       Video Fiesta San Juan di Mallorca
-- It was awesome! We were really having fun below the fire :D 
Setelah acara puncak selesai, acara berlanjut di pantai sampai pagi. Gw sama Xristina beli minuman dan balik ke pantai deket hostel. Oiya tradisinya pada hari ini semua orang pada pake baju putih. Dan begitu sampai pantai, pemandangan bakal dipenuhi orang-orang dengan baju putih. Ada beberapa orang maenin musik khas latin dan orang-orang sekitar mulai bergoyang ngikutin iramanya. Kami di pantai cuma sampe sekitar jam 3 pagi dan balik ke hotel karena kedinginan di pantai malem-malem hehe. Selain itu juga karena ada destinasi lain esok hari: Seville, salah satu kota tua di Spanyol sekaligus ibu kota Andalusia. 
"At the beach life is different, time doesn't move to hour to hour, but mood to moment. We live by the currents, plan by the tides, and follow the sun" [Unknown,2012]

Saturday, July 28, 2012

Selamat Datang!

Halo teman-teman!

Selamat datang di halaman baru ini. Travel blog ini nantinya akan menceritakan pengalaman dari kami, yang kebetulan memulai kuliah di Teknik Industri UGM sejak tahun 2008, selama menjalani jalan-jalan ke berbagai kota di dunia, mulai dari Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Afrika Utara, Asia Timur, sampai Asia Tenggara. Teman-teman bisa membaca cerita-cerita seru kami selama menjalankan misi akademis sekaligus jalan-jalan a la mahasiswa perantauan yang tentunya dengan budget minim (bahkan gratis!) tetapi ngga kalah seru sama traveler ber-budget besar. Mulai dari wisata kulinernya, budaya, sejarah, kehidupan malam, sampai transportasi di tiap kotanya!

Ditunggu komentar, kritik, dan saran membangunnya ya :)

Travelers in Disguise
Aussie, Wangi, Dadid, Enca, Aldo, Putri, Deo
 

Blogroll

http://andikarinaldo.tumblr.com/ http://annisaukh.blogspot.com/ http://aussieandry.tumblr.com/ http://deowijaya.tumblr.com/ http://estriaputri.tumblr.com/

Total Pageviews